Pulau Pramuka

Pulau Pramuka

Tadaaaa…ini adalah perjalanan kedua saya di daerah kepulauan Seribu, yaitu Pulau Pramuka dimana saya sebelumnya berkunjung ke Pulau Pari beberapa abad eh salah, tahun lalu. Perjalanan kali ini berbeda dengan sebelumnya, jika sebelumnya saya diajak, kali ini saya yang mengajak, mengajak para anak-anak yang kurang liburan hahaha. Persiapan perjalanan ini boleh dibilang cukup sulit dikarenakan jadwal kerja masing-masing kami yang berbeda dan alhamdulillah bisa terlaksana juga.

Hampir boleh dibilang setiap yang berwisata ke daerah kepulauan Seribu umumnya menggunakan paket wisata, ya karena agak repot juga mengurus semuanya seperti transportasi kapal, penginapan, makan dsb. Coba cari sana sini akhirnya mendapatkan paket yang murah dan alhamdulillah juga pihak yang kami sewa sangat responsif.

Seperti biasa, karena paket murah meriah maka titik pemberangkatan dimulai dari Pelabuhan Muara Angke bukan dari Marina yang harga naik speedboatnya saja cukup untuk membayar perjalanan ini. Sudah banyak yang berubah ternyata sejak pertama kali saya ke sini, lebih bersih dan cukup teratur. Dikarenakan banyaknya peserta, maka kami berangkat dari tempat yang berbeda dan telah berkumpul disana sekitar pukul 07:30 WIB dan mulai berangkat sekitar pukul 08:30 WIB.

Perjalanan ke lokasi kurang lebih sekitar 3 jam, lebih jauh dari Pulau Pari. Untuk itu disarankan agar sarapan dahulu dan menyiapkan obat mual serta mencari tempat duduk yang nyaman, lumayan kan bisa istirahat selama perjalanan. Sampai di sana kami bertemu dengan pemandu dan diarahkan ke rumah tempat menginap. Rumah yang kami tempati cukup bersih dan nyaman, ada AC pula (berbagi untuk 2 kamar) dan airnya sudah air tawar (sebelumnya saya juga dikirimi gambar kondisi rumah tersebut).

Setelah makan siang, barulah perjalanan sesungguhnya dimulai (lha tadi perjalanan apa ? tadi pembukaan :) ). Tempat pertama yang kami singgahi adalah gusung Patrick (entah bagaimana penulisannya) adalah pulau pasir putih yang tidak terlalu luas dan hanya terdiri dari pasir saja tanpa ada tumbuhan apapun dan spot yang menarik untuk berfoto ria seperti yang kami lakukan, ehm ehm.

Byurrrrr, inilah waktu yang ditunggu, main air hahahaha, kami snorkeling di beberapa tempat dan pemandangannya masih seperti Pulau Pari, karangnya lumayan bagus lah atau karena saya yang gak berani terlalu jauh ya main airnya. Selepas snorkeling, kami ke penangkaran hiu di restoran Nusa Keramba, katanya sih ini resto tempat pejabat pada makan (apa iya gitu cuma makan aja harus segitu jauhnya ?)

Waktunya melepas lelah setelah setengah hari beraktifitas, malamnya kami tidak mengikuti acara BBQ yang diadakan ditepi pulau tetapi tetap dibawakan ikan yang sudah langsung siap dimakan, hehehe. Malam itu rupanya cukup ramai karena di depan kantor Bupati sedang ada acara, mungkin jika tidak acara sepi kali ya seperti Pulau Pari yang saya kelilingi malam hari. Harga makanan yang ditawarkan di sini termasuk sama dengan di daerah saya, malamnya saya coba beli jus dan pecel ayam kurang lebih sekitar 30 ribu.

Pagi telah tiba, waktunya pulang. Sebelum pulang kami diajak keliling pulau dengan berjalan kaki dengan memakan waktu kurang lebih 1 jam, tentunya sambil foto-foto juga. Umumnya penduduk asli beragama Islam, maka kami hanya melihat masjid saja, selain itu ada RPTRA, perpustakaan, penangkaran penyu (saat itu sedang dalam renovasi) dan bangunan lainnya yang cukup “bersejarah” di pulau ini. Jam 11 siang kami sudah bersiap-siap untuk check-out dan karena kami yang pertama tiba di kapal maka kami bebas memilih tempat yang nyaman selama di perjalanan nanti, berbeda dengan keberangkatan dimana kami mendapat tempat tersisa karena telat datang.

Sampailah kami ke Pelabuhan Muara Angke setelah 3 jam di lautan lepas, karena mobil angkutan tidak sampai ke sini, maka kami menyewa ojek motor untuk sampai ke pos depan kampung Nelayan dan sampai disini juga berakhir pertemuan dengan para anak-anak yang unyu-unyu tersebut, wkwkwk. Berbeda dengan mereka yang bisa pulang ke rumah, saya pun balik ke kantor untuk bekerja kembali (shift malam), hiks hiks hiks.

 

Touring Gunung Pancar

Touring Gunung Pancar

Hayooo ide siapa ini ? googling Gunung Pancar akan muncul gambar hutan pinus nan tinggi dan luas dan tentunya pemandangan yang indah. Perjalanan di mulai dari Mega Kuningan dengan kendaraan bermotor ke arah Cibubur Kranggan, setelah itu langsung ke lokasi (entah lewat mana karena saya sih ikut” aja, tur guidenya si Sapto hehehe) sekitar 90 menit. Sebenarnya mungkin bisa lebih cepat jika setelah melewati Sentul dan Hotel Haris jalannya tidak berlubang dan route ke lokasi saat Sabtu tersebut tidak terlalu ramai.

Sarapan bubur ayam di Kranggan, ditraktir oleh tuan rumah Lae Hotby.

Tiket masuk di gerbang utama, untuk motor Rp. 15.000, namun jika ingin melanjutkan ke pemandian air panas maka akan dikenakan tiket masuk kembali sebesar Rp. 10.000 ditambah biaya parkir. Memang sungguh disayangkan, terlalu banyak pungli di lokasi.

Untuk mandi air panas pun ada pilihannya, mau yang gratis tapi….jaraknya itu jauh dari parkiran dan ya namanya gratis (silakan menduga sendiri) atau yang berbayar. Berbayar pun ternyata juga ada pilihan, mau kolam privasi atau keluarga seperti dibawah ini.

Kami mengambil kolam keluarga, karena ya karena untuk kolam lain pun harus berbagi juga dengan pelanggan lainnya hahahaha, memang aneh tapi nyata. Sebelum dipakai, air di kolam dikuras dahulu dan mulai terisi untuk penuhnya sekitar 15-20 menit (sudah termasuk hitungan 1 jam ya) dan cukup untuk sekitar 5-6 orang dewasa.

Untuk kolam bebas memilih dan antar kolam hanya dibatasi oleh batu dengan tinggi lutut orang dewasa.

Kami tidak lama di sini, setelah 1 jam habis, langsung bersiap-siap untuk pergi ke Puncak hanya untuk makan sate PSK saja (makan sate yang paling jauh). Sebenarnya jika ingin ke pemandian ini, disarankan tujuan dari akhir perjalanan, bukan seperti kami yang justru menjadi awal perjalanan J karena setelah mandi air hangat, perut langsung kukuruyuk dan maunya tuh langsung zzzzzzz.

Untuk tempat wisata ini, saya mungkin akan kembali lagi karena belum sempat berfoto di lokasi lainnya, so tunggu saja ya updatenya kembali.

 

Liburan ke Banyuwangi – Malang

Liburan ke Banyuwangi – Malang

Ini perjalanan kami kedua setelah menikah dan istri sedang hamil 3 bulan saat itu. Pas esoknya mau jalan, kami diinfokan jika sedang hamil harus ada surat izin untuk penerbangan, terpaksa deh sorenya kita wara-wiri cari dokter kandungan di RS. Alhamdulillah, memang belum rejekinya kali ya, sudah 3 RS yang kita datangi sekitar Slipi dan Palmerah tapi sedang tidak ada jadwal dokternya, jadi ya bismillah aja deh. Saya browsing pun untuk usia sekitar 3 bulan kehamilan masih aman untuk penerbangan, so jadi kita berangkat.

Kita berlima janjian langsung di bandara Soeta dan ambil keberangkatan malam. Tiba di bandara Juanda sekitar pukul 10 malam dan mobil jemputan pun sudah tiba untuk perjalanan ke Banyuwangi, tengah malam kita mampir dulu di ruman makan Warung Kencur sekitar 1 jam, dan pagi harinya sampailah di rumah teman kuliah mas Guntor (dokter Purwanto, silakan digoogling, ternyata beliau cukup terkenal di daerah Banyuwangi).

Selesai sholat Jumat di Masjid Agung Baiturrahman, kita keliling cari asinan, saya lupa nama asinannya apa tapi akhirnya dapat juga. Pantai Pulau Merah adalah lokasi pertama yang kita datangi, kami harus bertanya sekian kali ke penduduk setempat karena banyaknya jalan bercabang dan akhirnya sampai juga setelah 2 jam perjalanan. Apanya yang merah ? Bukit hijau kecil bertanah merah yang terletak di dekat bibir pantai itulah yang menyebabkan disebutnya Pulau Merah tetapi kami tidak ke sana karena air laut yang kurang bersahabat.

Sekembali dari sana kami langsung ke rumah untuk beristirahat karena malam harinya akan ke Kawah Ijen yang merupakan tujuan utama perjalanan ini. Berangkat setelah Isya dengan melewati hutan nan gelap (salah jalan pastinya hahaha), serius lho, sempat turun dulu karena kelebihan “muatan”, tanya “penduduk” sana sini, pokoknya seru deh + ditambah Derry yang “terampil” bawa mobil (harusnya dia ikut casting Transporter tuh).

Akhirnya tengah malam terlihat juga pintu masuk Kawah Ijen. Setelah konsultasi, membayar DP dan kondisi cuaca yang mendukung akhirnya dibantu pemandu, kita menjelajahi jalan kegelapan di tengah hutan. Sempat istirahat beberapa kali dan bercanda hingga akhirnya terlihat Kawah Ijen dari atas kawah setelah kurang lebih 1.5 jam perjalanan.

Masya Allah, terlihat indah sekali api biru dari atas kawah namun sayangnya saya dan istri tidak ikut turun ke bawah dikarenakan kondisinya yang kurang memungkinkan (jalan kebawah cukup terjal dan jalur yang sempit ditambah saat itu gerimis) hingga kami hanya bisa melihat dari atas saja.

Setelah 30 menit kami memutuskan kembali ke sebuah pondok dibawah untuk istirahat dan kurang beruntungnya lampu penerangan yang kami bawa mati, syukurlah cahaya bulan dan layar HP setia menemani kami hingga mencapai pondok tersebut yang ternyata masih tutup tetapi kami bisa beristirahat di luar. Selama perjalanan turun, kami bertemu para pendaki lain yang akan menuju Kawah, kebanyakan adalah WNA yang terlihat bersemangat sekali.

Sekitar 3 jam kemudian, kami berkumpul di pondok tersebut dan memesan beberapa minuman dan cemilan untuk menghangatkan badan. Ternyata pondok tersebut juga digunakan oleh para pembawa sulfur untuk berteduh juga, karena ketika matahari terbit tampaklah beberapa pondok kecil di sekelilingnya. Bau sulfur yang menyengat tercium dari bongkahan batu yang mereka bawa dan saya pun membeli beberapa batu yang telah dipahat menjadi ikan dan kura-kura, harganya pun murah, mungkin gak sebanding dengan prosesnya.

Setelah tenaga terkumpul, akhirnya kami turun kembali dan terlihatlah halaman nan luas di sekitar pintu masuk, ada beberapa warung, toilet, parkir mobil serta pengingapan, berbeda jauh dari yang kami lihat ketika pertama datang dalam kegelapan. Istirahat kembali sebentar sambil membayar lunas biaya pemandu wisata dan akhirnya kami pulang kembali ke rumah mas Pur.

Sampai rumah sekitar siang hari dan kembali istirahat kembali hingga malam tiba. Kami sempat mampir ke salah satu hotel hanya untuk menikmati cahaya bulan yang terpantul di air laut serta gemuruh ombak. Sekitar pukul 5 pagi kami telah tiba di Stasiun Karang Asem untuk melanjutkan perjalanan ke Malang, terlihat di foto wajah polos berbentuk bantal, hahahaha.

Perjalanan ini terasa sangat menyenangkan karena kau disampingku sayang, uhuyyyyy. Di kereta cuma makan, minum, dengar musik dan tidur hingga sampai tujuan. Berbeda dengan kedatangan di atas, kali ini gak ada yang jemput kami karena memang tidak butuh jemputan. Berjalan kaki sekitar 10 menit dari Stasiun hingga penginapan yang telah dipesan sebelumnya yaitu Hotel Helios. Jika melihat sekilas dari depan, tampak kecil tetapi ketika masuk ke dalam, luas juga.

Siang hari kami mencoba berkeliling dengan jalan kaki, ya jalan kaki sekitar 500 meter ke Alun-alun Tugu Malang dan dilanjutkan 250 meter ke Rumah Makan Inggil. Pas masuk ke resto ini, agak merinding karena tempatnya yang agak gimana gitu, banyak topeng Wayang yang sepertinya melirik, hiiiii. Untuk makan di sini lebih pas sambil lesehan, harga makanannya terjangkau dan rasanya mantap, bolehlah lain waktu kembali ke sini lagi.

Selepas dari sini kita keliling tanpa tujuan hingga akhirnya coba naik “grab”, kenapa saya kasih tanda kutip ? karena waktu itu belum ada aplikasinya jadi kita menghubungi CS tersebut dan barulah dijemput oleh mereka. Tujuan kali ini adalah Kota Wisata Batu. Pas masuk ke mobil, ternyata tidak tersedia bangku belakang dan kami berenam, so bisa dibayangkan betapa “indahnya” perjalanan 2 pria di “bangku belakang” tersebut.

Owalah ramai sekali ternyata, namanya juga tempat hiburan toh :) beberapa wahana kami coba dan yang terakhir adalah rumah Hantu yang buat saya harus jadi pemberani, hahaha. Tidak lama kami disana, hanya sekitar 3 jam dan itu sudah membuat kaki mau copot. Yang tak kalah menarik adalah, apa coba ayo ? ketika kami keluar gerbang, kami melihat mobil yang tadi kami sewa untuk ke sini persis di depan kami dan untungnya supirnya masih ingat, karena saat itu posisi sedang kosong, langsung lah kami menyapa supirnya dan alhamdulillah, ternyata dia mau mengantar kami kembali.

Mie Setan, kami tidak kembali ke hotel melainkan makan malam dulu di sini. Sesuai namanya, sebenarnya bukan menu saya banget, akhirnya pesanlah level paling rendah dan menurut saya pun sudah cukup pedas, tapi minumannya mantap, bisa menyaingi pedasnya mie tersebut. Tempatnya cukup nyaman, sepertinya ini rumah yang dijadikan tempat makan, kebanyakan muda-mudi yang datang kemari, ada yang berpasangan dan ada juga yang berkelompok seperti kami, ya tahun 2014 saya masih muda kok, hehehe.

Tibalah di hotel untuk melepas lelah karena besoknya kami akan kembali ke Jakarta. Selesai sarapan dan packing barang, kembali kami “olahraga” menuju lokasi bis Safari Dharma Raya, yup mereka akan naik bis hingga ke Jakarta sedangkan saya dan istri hanya menumpang sementara menuju terminal Arjosari, barulah dari sini saya naik bis menuju Bandara Juanda, walau macet kami tidak terlalu takut tertinggal pesawat karena kami mendapatkan penerbangan malam hari. Alhamdulillah, akhirnya saya sampai rumah sekitar 2 jam setelah lepas landas dan mereka ??? mereka sampai di pagi harinya sekitar pukul 7 pagi.

Oh iya, jika kalian melihat foto-foto tersebut ada “perbedaan”, harap maklum karena kami mengajak mas Guntor, gak tau kan siapa dia ? Veteran Kaskus.

 

Tanpa Tujuan

Tanpa Tujuan

Mau kemana nih ? yang enak sih Bandung, let’s go Cun.

Pagi kumpul di Manggala, lalu culik Rendy yang baru pulang shift pagi. Yup, kita berempat merupakan anak baru angkatan 2011 yang jarak masuknya cuma hitungan bulan. Namanya juga anak muda, ya gitu deh klo sudah ngumpul dan senggang maunya jalan-jalan.

Sampai di tol Bandung (lupa nama tolnya), kita beli peta dari penjual keliling, terus tuh peta gak diapa-apain juga, toh kita juga gak punya tujuan, hahahaha. Alhasil pakai Google Maps dari tabletnya Derry. Akhirnya tempat pertama yang kita kunjungi adalah Museum Geologi, entah kenapa alasannya, saya sudah lupa.

Selanjutnya singgah sebentar di CBN Bandung cuma ingin memastikan bahwa kita pernah lho ke sini, hahaha.

Lanjut cari hotel, karena kita carinya yang tersedia kolam renang, maka ada beberapa hotel yang kita tanya dahulu. “Dah nih di sini aja, kayanya bagus nih, pasti ada kolam renangnya”, lupa siapa yang bilang begitu. Akhirnya kita checkin juga di hotel Grand Serela dan tanpa menanyakan dahulu pencarian sebelumnya dan ternyata gak ada kolam renangnya juga, hiks hiks hiks.

Malam telah tiba dan kita makannya di Ma Uneh, lalu setelah itu lanjut keliling kota Bandung.

Pagi pun tiba dan kita bersiap-siap untuk pulang, rute yang kita ambil adalah arah Tangkuban Perahu karena ingin berwisata ke sana. Sebelumnya makan siang di sekitar kebun teh arah sana. Dari Tangkuban Perahu kita ke Ciater untuk menghangatkan tubuh dahulu dan pulangnya mampir makan empal tempat biasa Derry singgah.

Nih foto-foto penampakan kami :

Pulau Pari

Pulau Pari

Sebelum Subuh saya ditelpon Anida (saya baru tau jika dia dipanggil Ocha juga, hehehe) agar berkumpul di rumahnya untuk memastikan keikutsertaan saya ke Pulau Pari sesuai rencana sebelumnya. Yup, baru pertama kalinya saya pergi ke daerah kepulauan Seribu. 12 orang telah berkumpul di Kali Adem sekitar pukul 7 pagi, 10 dari mereka saya tidak kenal kecuali ya Anida karena tetangga saya, ternyata mereka pun teman dari temannya lagi, seperti saya juga.

Selalu ada pertama untuk sesuatu hal, seperti naik perahu yang terombang-ambing di lautan sekitar 2 jam waktu perjalanan, Alhamdulillah saya baik-baik saja ketika sampai, hahaha. Kami langsung menuju ke tempat peristirahatan, waktunya hanya 5 menit setelah turun dari dermaga. Rumah tersebut berjarak sekitar 100 m dari bibir pantai dan cukup bersih, terdiri dari 2 kamar tanpa AC, 1 ruang tamu serta dapur, dan airnya pun tidak asin.

Setelah makan siang, kami bersiap snorkeling di beberapa spot serta wisata ke beberapa pulau sebrang hingga matahari terbenam. Selesai makan malam, kami berkeliling pulau dengan sepeda, jalan sekitar hanya diterangi oleh lampu seadanya, sehingga membatasi penglihatan kami. Cukuplah setengah jam kami berolahraga hingga akhirnya terlelap.

Pagi hari kami bersepeda ke Pantai Pasir Perawan, alasan dinamakannya karena pantai tersebut sangat bersih, saya tidak melihat sampah yang berserakan baik di pasir dan airnya, terjaga sekali kebersihannya. Tempat yang cocok untuk foto prewedding. Kami menyewa perahu untuk mengelilingi pantai tersebut, sekelilingnya banyak tambak kerang dan pohon bakau, setelah melewatinya akan terlihat daratan yang indah, masya Allah.

Ada kejadian lucu ketika bermain di daratan ini, seseorang dari kami menemukan Teripang dan memainkannya, tanpa di duga Teripang tersebut memuntahkan cairan hingga sampai ke mulutnya dan sedikit tertelan, rasanya ? silakan coba sendiri, wkwkwk.

Waktu siang pun tiba, kami telah berkumpul di dermaga untuk kembali pulang ke Jakarta. Ke Jakarta aku kan kembali, walapun apa yang kan terjadi, du du du, tambah hitamlah kulitku ini, hehehe.