Touring Geopark Ciletuh
Touring sesi ke 2 ini direncanakan sekitar Oktober 2018 dengan tujuan Geopark Ciletuh di Sukabumi. Terlintas dari kata “Sukabumi” dalam hati saya, seberapa jauh jarak yang akan ditempuh dan waktunya, mengingat saya pernah ke daerah sana beberapa tahun lalu dengan mobil untuk rafting acara kantor, yang waktunya dari Ciawi sekitar 2 jam dengan perjalanan yang berlika liku tanpa ada harapan lebih lanjut, hahaha.
Versi Agung yang pernah ke sana beberapa saat lalu, memakan waktu sekitar 8 jam dengan perjalanan santai. Wow 8 jam di atas motor, gak kebayang rasanya. Namun, jika melihat rute dari Google Maps, memakan waktu sekitar 3 – 4 jam, tentunya perjalanan tanpa istirahat bukan.
Jauh hari kami mencari penginapan dengan alasan pada tanggal 28 – 30 Desember 2018 nanti ketika hari H kemungkinan bisa terjadi lonjakan harga mengingat sudah memasuki libur panjang akhir tahun, namun alhamdulillah tidak didapatkan lokasi yang sesuai dari beberapa aplikasi travel popular karena jaraknya yang terlalu jauh dari lokasi dan tidak sesuai juga dengan dana kami, hehehe.
Hari H pun tiba, kami semua berkumpul di RDTX dan kali ini bertambah 1 orang lagi, yaitu Putra. Jalan sekitar 23:30 WIB dengan rute Depok – Bogor, untuk ke lokasi kami menggunakan navigasi Google Maps. Istirahat pertama kami di SPBU Cikereteg, dan berlanjut hingga pukul 6 pagi untuk sarapan di sekitar pertigaan Bagbagan. Di sini saya memejamkan mata sejenak karena sudah 5 watt. Hujan ringan menemani kami sepanjang perjalanan sejak Subuh hingga pagi ini.
Pada pertigaan kami ke kiri arah Geopark yang tertulis masih 71 KM lagi, OMG. Banyak pemandangan pantai dan bukit yang bagus dalam perjalanan untuk spot foto namun karena kondisi hujan, maka tidak semua tempat kami singgahi. Pada satu spot sekitar Loji, saya bertemu dengan seorang Bapak dari daerah Permata Hijau, Jakarta Selatan, dia menginfokan jalan sekitar jam 5 pagi dan memang ingin pulang ke daerah Geopark. Entah rute mana yang dia lewati atau karena sudah terbiasa, hanya memakan waktu sekitar 3 jam, lah saya sudah sekitar 7 jam belum sampai juga, hahaha.
Masya Allah pemandangan laut nan luas dan indah kami temui di Puncak Darma sekitar pukul 9 pagi, kami sempat bertanya penginapan ke petugas parkir dan ternyata dia punya kenalan, dijemputlah kami ke lokasi rumahnya. Jarak dari Puncak Darma ke desa Cimanjung sekitar 3 KM dengan kondisi jalan yang cukup curam serta belum sepenuhnya di aspal menghabiskan waktu 15 – 20 menit untuk sampai ke lokasi.
Jika Anda pernah menginap di Kepulauan Seribu, maka ketika memasuki desa tersebut, kondisinya hampir sama, yaitu terdapat rumah warga di kanan kiri untuk disewakan. Setelah negosiasi, sepakat kami membayar Rp. 500.000 untuk sewa 1 malam dengan kondisi 2 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Ada perbedaan dengan rumah yang biasa kami sewa, dalam hal ini ternyata penghuni rumah tersebut “ikut” menempati juga walau hanya malam hari saja untuk melepas lelah.
Zzzzz itulah nada kedua mahluk di samping saya, sebenarnya 2 lagi bernada sama tapi mereka tidur di kamar yang berbeda. Sekitar 3 jam waktu yang cukup untuk mengembalikan tenaga yang hilang dan sebelum ke tujuan utama, kami makan bakso dulu yang persis di sebelah rumah, ternyata penjualnya kakak dari pemilik rumah.
Sampailah kami di Pantai Palangpang, Geopark Ciletuh dan berkunjung ke warung dari ibu pemilik rumah yang kami sewa. Pengunjung saat itu sedang sepi, kemungkinan sebab dari efek Tsunami di Banten beberapa waktu lalu, sehingga banyak wisatawan enggan berkunjung ke Pantai. Dalam lokasi Pantai tersebut, terdapat sekitar 20 warung serta beberapa vila yang di sewakan, yaitu vila Batman, entah kenapa dinamakan Batman, sekilas tidak mirip bentuk kelelawar, hanya bergambarkan saja.
Selepas Maghrib kami kembali ke penginapan namun sebelumnya mampir dahulu ke tempat makan, ya kami belum makan nasi sejak sarapan tadi pagi. Untuk mencari makanan di sini cukup mudah karena banyak warga sekitar yang menjualnya, jadi gak perlu repot, walaupun di penginapan kami ditawari paket catering.
Malam hari kami mencari mangsa, eh makan lagi maksudnya, kali ini yang kami cari adalah ikan bakar. Mengelilingi jalan sekitar 10 KM, kami belum mendapati tempat yang sesuai, hingga akhirnya diputuskan untuk membeli ikan di TPI Ciwaru lalu di olah di rumah makan Raja Laut yang tidak jauh. Rasanya ? jauh lebih enak masakan istri saya. Ikan dan cumi yang kami beli sekitar 2 kg, masih terasa amis dan diolah sekedarnya, ya cukup tahu sajalah.
Pagi hari kami sarapan di sekitar Indomaret Ciwaru, satu arah ke Curug Sodong yang akan kami datangi hari ini selain Panyawangan. Hanya sekitar 2 KM dari tempat kami sarapan, sudah sampailah kami depan pintu masuknya dengan membayar Rp. 5.000 / motor. Ada beberapa warga yang menawarkan diri untuk ke Curug Cikanteh namun kami tidak berminat mengingat waktu yang singkat. Hanya sekitar 15 menit kami di sini untuk berfoto ria karena akan menuju Panyawangan yang berjarak sekitar 11 KM. Pemandangan dari Panyawangan tidak jauh berbeda dari Puncak Darma, bisa melihat bukit dan pantai nan luas.
Selepas Zuhur kami meninggalkan pengingapan, rute pulang berbeda dengan rute jalan, kali ini kami melewati daerah Cikidang dan Cibadak yang walaupun keluarnya akan tetap di jalan raya Sukabumi juga namun waktunya jauh lebih singkat. Mungkin inilah jalur yang dilewati Bapak yang kami infokan di paragraph atas sebelumnya. Sebelum pulang, kami makan sore di Warung Taman daerah Bogor, sambil melepas lelah tentunya.
Bagi saya pribadi ini merupakan jarak terjauh dengan mengendarai motor seorang diri, ditambah dengan jalur yang berlika liku dengan melewati beberapa tanjakan dan turunan yang cukup curam. Beberapa daerah yang kami lewati mempunyai lampu penerangan yang sangat minim, sehingga harus lebih berhati-hati ketika melewatinya. Alhamdulillah sekitar pukul 9 malam, kami telah tiba di rumah masing-masing. Terima kasih semuanya.