Yogyakarta atau Jogjakarta ? Harusnya si Yogyakarta ya, karena kan ada penyebutan DIY :)
Sebenarnya kami (keluarga) memang telah merencanakan tujuan ke kota ini namun waktunya belum ditentukan. Ada beberapa situs travel yang telah saya lihat, untuk membandingkan jika saya pergi dengan transportasi umum atau pribadi. Namun pengalaman pribadi, anak saya sepertinya kurang tepat jika diajak naik transportasi umum.
Sepertinya gayung bersambut di bulan ini, libur anak sekolah telah tiba. Tanggalnya pun juga gak salah, 27 Juni 2022, jadi memang setelah dari sini dan pulang langsung ke Bekasi untuk menghadiri pernikahan sepupu sekitar pukul 19.00 sampai 21:00, lalu ambil mobil dan istirahat sebentar di rumah. Dengan mempersiapkan semuanya, akhirnya sekitar pukul 01.00 kami memulai perjalanan dan sampailah kami waktu Subuh di Rest Area KM 379 dilanjutkan sarapan di Rest Area Tol Semarang Solo KM 429.
Oh iya, rencana kami menghabiskan waktu 4 hari 3 malam dan setiap harinya menginap di tempat yang berbeda. Saya melihat tempat rekreasi dari beberapa situs wisata, dari ternyata mereka mengambil tempat yang berdekatan antar lokasi. Jadi inilah hasilnya :
Hari 1 :
Saya sampai di area Prambanan sekitar pukul 09.30 dan langsung ke tempat Opak Homestay dimana rekan saya telah mencari info sebelumnya. Mas Dandi, pemiliknya, setelah negoisasi akhirnya saya menyewa di Star Homestay Prambanan, lokasinya persis dibelakang Pasar Prambanan, biayanya 500 ribu untuk 1 malam.
Lokasinya strategis, mudah untuk mencari tempat makan baik pagi, siang dan malam dan cukup dekat dengan Candi Prambanan. Harusnya Candi Prambanan tempat pertama yang akan saya singgahi, namun karena sesuatu hal kami rencanakan esok harinya.
Tebing Breksi masuk daftar kunjungan saya dan jaraknya sekitar 15 menit dari penginapan dan setelahnya dilanjutkan ke Obelix Hills. Untuk Tebing Breksi disarankan sampai di lokasi pagi atau sore karena jika siang hari, terik matahari sangat terasa. Mungkin hanya 2 jam saya di sini dan berlanjut ke Obelix Hills.
Sejujurnya saya agak ragu ketika ke Obelix Hills mengingat jalannya yang agak kurang bersahabat menurut saya (jalan beraspal tetapi sangat curam) bahkan saya sempat bertanya ke rumah warga untuk memastikan lokasinya (saat itu tiba-tiba sinyal XL saya terputus). Memang jika jarak dalam Google Maps hanya sekitar 15-20 menit tapi mungkin 30 menit akhirnya saya tiba ditujuan. Berfoto dan makan malam lalu sekitar pukul 20.00 saya meninggalkan lokasi.
Cukup aneh buat saya nih ya, jalur keluar Obelix Hills ternyata berbeda dengan jalur datang (dugaan saya sebelumnya jalur datang dan kembali sama karena ketika kami datang ada mobil berlawanan arah, padahal boleh dibilang jalurnya ngepas banget). Ternyata jalur turun lebih cepat, mungkin sekitar 10 menit untuk kembali ke jalan raya. Pertanyaan saya adalah, kenapa masuk ke Obelix Hills tidak melewati jalur keluar saja yang rutenya lebih dekat dan aman (tidak curam), entah apa karena saya dari Tebing Breksi hingga harus melewati jalur tersebut ?
Saya sarankan jika ke Obelix Hills sebelum malam sudah tiba di lokasi karena minimnya penerangan serta jalan yang curam.
Hari 2 :
Candi Prambanan, saya tidak membeli tiket terusan ke Candi Borobodur (lebih hemat 25 ribu) karena mungkin saja ada perubahan rencana walaupun memang Candi Borobodur masuk rencana kami di hari esoknya. Oh iya, karena loket tiket reguler penuh antrian akhirnya petugas menyarankan membeli tiket secara online dan bisa ditukar ke loket 3 yang memang antriannya tidak ada, tapi ternyata pas saya sudah membeli, loket 3 ditutup dan disuruh mengantri ke loket reguler, apes dah hahaha.
Mungkin hanya 1 jam setengah kami di sini dan berlanjut ke ikon Yogya yaitu Malioboro. Sebenarnya banyak lokasi yang masuk daftar kunjungan seperti alun-alun Yogya dan Keraton, namun karena adanya kendala di penginapan yang telah saya pesan sebelumnya. Membuat kami melewatkan kunjungan dan sibuk mencari penginapan hingga sore hari.
Ya, 2 kali kami masuk ke area Malioboro, ternyata lebih sulit mencari tempat parkir mobil dibanding penginapan. Beberapa hotel dan homestay yang saya kunjungi, memang diluar bujet saya dan ada juga yang murah tetapi tidak ada parkir mobil. Hahaha pusing dah.
Akhirnya kami menginap di Dewi Homestay, itu pun setelah berhasil memastikan mendapatkan tempat untuk parkir mobil, 600 ribu permalamnya. Sengaja saya cari area Malioboro agar bisa berjalan kaki untuk menyusuri sepanjang area tersebut.
Hari 3 :
Siang hari sampailah kami di Candi Borobodur, sayang waktu itu ada penutupan stupa, sehingga kami tidak bisa naik. Ketika di pintu keluar, ada loket tiket Svargabumi Borobudur, memang ini juga masuk ke daftar saya, akhirnya saya beli tiket dan bisa dipergunakan untuk kunjungan esok harinya. Malamnya kami menginap di Griya Perpil (versi Google Maps sebelumnya adalah Griya Merpil, sudah saya edit setelah saya diskusi dengan pemilik), lokasinya persis di samping Svargabumi Borobudur.
Karena memang saya sedang mencari Svargabumi Borobudur jadi saya pikir tempat tersebut adalah pintu masuknya dan ternyata bukan, tetapi rumah warga, jadilah kami menyewanya dengan harga 400 ribu.
Hari 4 :
Kami orang pertama yang ke Svargabumi Borobudur karena hanya berjalan kaki sekitar 2 menit, hahaha. Pagi dan sore hari memang waktu yang disarankan untuk berkunjung. Setelah 60 menit kami berfoto, akhirnya tiba waktu untuk kembali ke Jakarta.
Sampai berjumpa kembali di liburan kami selanjutnya, terima kasih.